Seruan Penting Menuntut ilmu di Setiap Massa dan Usia
Kami sampaikan kepada para bapak dan ibu, terlebih khusus yang telah ketinggalan dari menuntut ilmu semasa muda untuk memperhatikan pembenaran ibadah mereka. Agar meraka mendapatkan dengan izin allah Subhanahuwata’ala penutupan hidup yang baik (Husnul Khatimah) dan agar mereka beribadah pada allah Subhanahuwata’ala dengan ilmu.
Sebagai contoh : kita sering mendapati
seorang yang tidak benar bacaan surat Al Fatihah, padahal membaca surat
itu adalah salah satu rukun dari shalat. Maka solusinya bagi dia ialah
mengambil pelajaran agama yang sangat dibutuhkan melalui anak-anaknya.
Apakah anak laki-lakinya atau anak perempuannya yang sedang aktif
menuntut ilmu agama dari para penuntut ilmu yang lain. Firman allah ; “ maka bertanyalah pada ahlinya jika kalian tidak mengetahuinya.”
Hati-hatilah anda Wahai kaum muslimin!!!
Jangan kamu ditipu iblis lalu dia
mendorongmu untuk menyombongkan diri dari belajar kepada yang lebih muda
darimu. Sesungguhnya para sahabat yang mulia, telah diutus kepada
mereka Rosul untuk mengajari mereka. Padahal mereka adalah orang-orang
tua dan lanjut usia, namun mereka mengambil ilmu dari yang Rosululloh
Sholollohu’alaihiwassalam, walaupun usia mereka lebih tua. Kami menyeru
kepada kaum muda baik laki-laki maupun perempuan yang allah
Subhanahuwata’ala telah membukakan dan memudahkan bagi mereka
jalan-jalan ilmu dan ma’rifah. hendaknya mereka menunaikan apa yang
wajib atas mereka dengan cara yang benar.
Dan kami katakan kepada mereka : “
Janganlah kamu mengecilkan dirimu dengan alasan usia yang masih muda
dari memperbaiki kesalahan-kesalahan kaum kerabatmu baik orang tua,
nenek, saudara, atau selainnya. Bahkan wajib atas kalian mengajarkan
mereka dengan lemah lembut, sopan, dan bijaksana sebagai pengamalan
sabda Rasul :
“Sesungguhnya Allah Subhanahuwata’ala
lembut dan menyukai kelembutan pada segala urusan. Dan allah memberikan
kelembutan pada kelembutan apa yang tiada Dia berikan pada yang kasar”
Para ahli sejarah juga
menghikayatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz di hari beliau memangku jabatan
khalifah, menguburkan Sulaiman bin Abdul Malik, lalu menangani
pekerjaannya (yang telah ditinggalkan) . beliau mengembalikan tanah yang
luas yang hasilnya diberikan kepada tentara yang pernah diambil oleh
Sulaiman ke baitul-mal (kas Negara), hingga beliau tidak tidur untuk
menjual perhiasan, kuda pengakat beban, kemah besar, dan membebaskan
para budak (dayang) wanita kepada keluarganya. Hingga terbitlah pagi
tetapi dia tetap melanjutkan kegiatanya. Tibalah waktu dhuhur lalu
beliau shalat kemudian hendak tidur siang. Maka datang kepada beliau
anaknya yang bernama Abdul Malik bin Umar seraya berkata : “ Apa yang
akan engkau perbuat wahai Amirul mu’minin?
Beliau menjawab : “ Wahai anakku!! Aku hendak tidur siang”.
Berkata sang anak : “Engkau akan tidur dan tidak mengembalikan barang-barang yang diambil secara zalim?”
Sang Ayah menjawab : “ Wahai anakku!!
Saya telah bergadang kemarin, mengurus persoalan pamanmu Sulaiman, usai
tidur siang saya akan bangkit kembali mengembalikan barang-barang hasil
kezaliman itu?!
Beliau menjawab : “ mendekatkalah
kepadaku!! Lalu dia mendekat dan ayahnya mendekapnya sambil mencium di
antara dua mata (keningnya) seraya berkata: “ segala puji bagi allah
yang telah mengeluarkan dari tulang rusukku orang yang membantuku dalam
agamaku”. Kemudian beliau keluar tanpa tidur siang dan tanpa istirahat.”
Coba perhatikan Semoga Allah Subhanahuwata’ala merahmatimu.
Bagaimana Abdul Malik tidak mengecilkan
dirinya untuk menasehati ayahnya dan bagaimana Umar bin Abdul Aziz tidak
sombong menerima nasehat itu, padahal beliau seorang Khalifah dan
seorang bapak.
Ketahuilah bahwa wajib bagimu
mempelajari, apa yang allah Subhanahuwata’ala fardhukan atasmu dari
urusan agama. Maka khususkan baginya waktu walaupun hanya sebentar.
Padahal kamu telah menyerahkan waktumu yang besar untuk urusan duniamu.
semoga allah member taufiq untuk kita semua menuju kepada apa yang Dia cintai dan ridhai.
(dikutip dari buku “ Syarah Durusul Muhimmah li Ammatil Ummah” penerbit Cahaya Tauhid Pres)
Sumber : http://www.salafy.or.id/